Central beritanwes,com
Tanda keratip anggota Baduga gamparan .Di Kampung Kadatuan, Desa Bojong, ada gundukan batuan di tepi jalan yang tidak terlalu diperhatikan orang. Dari cerita mulut ke mulut, batuan itu dipercaya sebagai bekas lokasi pusat Kerajaan Sawung Galah.
Di jalur jalan Sapan-Bojongemas, Desa Bojongemas, Kecamatan Solokanjeruk, di tepi Ci Tarum ditemukan tumpukan batuan yang dipercaya sebagai reruntuhan sebuah candi. Di dekatnya, di bawah pohon kimunding, pernah ditemukan sebuah arca Durga Mahesasuramardhini, yang oleh warga sekitar disebut Arca Putri. Di lokasi ini juga ada satu bangunan tanah berundak yang disebut Pasaduan. Ada dugaan itu tempat ritual atau situs pemujaan dari masa Rajaresiguru Manikmaya (Kerajaan Kendan).
Di Desa Tangulun, Kec. Ibun, ditemukan juga tumpukan batu yang dipercaya sebagai sisa-sisa sebuah candi. Tumpukan batuan serupa juga ditemukan di sebuah kampung bernama Kampung Candi.
Di Kampung Ciwangi, Ds. Cipaku, Kec. Paseh, terdapat sebuah makam kuno yang dipercaya sebagai makam Eyang Kalijaga atau Eyang Paku Jaya. Itulah makam Ratu Cakrawati Wiranatakusumah yang memerintah di Tatar Ukur pada masa Dipati Ukur bergerilya memberontak terhadap Mataram.
Di kaki Gunung Manik, Desa Nagrak, terdapat dua makam kuno dari abad 16. Masing-masing makam Prabu Raga Mulya Suryakencana (Prabu Seda), raja Pajajaran terakhir, dan makam istrinya, Parahitrasuli-yasahri, putri dari raja Parung Kuyah, Prabu Surgia Dandang. Setelah wafatnya raja Parung Kuyah, Prabu Suryakencana menikahi Putri Parahitrasuliyasahri sebagai selir keempat sekaligus melanjutkan pemerintahan Parung Kuyah.
Prabu Suryakencana pernah mendirikan pesanggrahan di kaki Gunung Manik (daerah Selaawi sekarang) dan menamakannya Galuh Sangkuan. Di tepi Ci Tarum dibangunnya juga sebuah gerbang Panto Bangongong yang disebut Lawanggintung, wilayah itu dinamakannya Nagrak.
Di sebuah bukit bernama Karanggantungan, terdapat sebuah batu bergantung terlilit akar-akaran pohonan. Di bawahnya ada sebuah makam kuno. Banyak yang percaya itu adalah makam Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Konon, seusai Perang Bubat, Hayam Wuruk pernah lama tinggal di daerah ini dan menjadikannya sebagai pusat pelatihan jagabaya dalam rangka membantu pertahanan kerajaan Sunda Galuh setelah masa Prabu Linggabuana.
Di kaki Gunung Selasih, Desa Karangtunggal, tak jauh dari situs Sawung Galah, terdapat beberapa makam tua yang dikeramatkan. Salah satunya adalah makam Embah Karang, seorang resi yang berpengaruh besar dari Kerajaan Sawung Galah. Di kawasan ini terdapat habitat kera dengan jumlah yang selalu tetap, yaitu 40 ekor.
Di puncak Gunung Selasih, ada situs makam Dewi Sela Asih Cakraningrat. Kawasan gunung ini termasuk dalam hutan larangan yang tidak boleh sembarang dimasuki. Saat pasukan Banten menyerbu, ratu Sawung Galah, Nimbang Waringin, meminta agar seorang tumenggung membawa putrinya, Dewi Sela Asih, kepada Embah Karang. Namun tumenggung yang malah jatuh cinta itu membawanya ke sebuah bukit yang sekarang dikenal dengan nama Pasir Tumenggung. Sementara itu kerajaan Sawung Galah telah hancur dan mereka tak mungkin kembali lagi. Dewi Sela Asih meminta agar setelah wafat dimakamkan saja di puncak gunung yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Selasih.
Situs-situs yang tercatat di sini belumlah lengkap mewakili seluruh daerah Majalaya. Saya salin di sini hanya yang termuat dalam buku Kabupaten Bandung susunan Dadan Sungkawa (Dikbud. Kab. Bandung, 2009).
Berikut ini daftar dari situs resmi Kabupaten Bandung.
Kecamatan Paseh 51 situs:
Eyang Arya, berlokasi di Kp. Padarek Desa Drawati
Eyang Kelurahan, berlokasi di Kp. Neglasari
Eyang Koir, berlokasi di Kp. Neglasari
Eyang Sepuh, berlokasi di Kp. Neglasari
Eyang Anom, berlokasi di Kp. Neglasari
Eyang Dalem Sumbi, berlokasi di Kp. Walahir
Eyang Prabuningkawati, berlokasi di Kp. Walahir
Eyang Embah Demung, berlokasi di Kp. Sukatani
Eyang Ciseupan/Cikahuripan, berlokasi di Neglasari
Eyang Embah Yoda, berlokasi di Kp. Babakan Karamat
Eyang Nameng, berlokasi di Kp. Babakan Karamat
Eyang Oja, berlokasi di Kp. Lemah Leluhur
Eyang Petinggi, berlokasi di Kp. Cihampelas
Eyang Syeh Wana, berlokasi di Kp. Pakacangan
Eyang Maja, berlokasi di Kp. Legokgoong
Eyang Embah Buku, berlokasi di Kp. Ciraab
Eyang Haji Mukti, berlokasi di Kp. Sanding
Eyang Jagariksa, berlokasi di Kp. Sanding
Eyang Juru Basa, berlokasi di Kp. Sanding
Eyang Parukut Tajimalela, berlokasi di Kp. Sanding
Eyang Arga Kertibentang, berlokasi di Sanding
Ayunan
Eyang Suja, berlokasi di Kp. Sanding
Eyang Mochamad Hasan Rafi’i, berlokasi di Kp. Ciraab
Makam Cileuweng, berlokasi di Kp. Dungusbuut
Makam Cigumeneng, berlokasi di Kp. Cigumeneng
Makam Sadang, berlokasi di Kp. Sadang
Makom Pabean, berlokasi di Kp. Pabean
Makom Cipaku, berlokasi di Kp. Ciwangi
Campaka, berlokasi di Kp. Campaka
Cihaneut, berlokasi di Kp. Cihaneut
Sangiang Lawang, berlokasi di Kp. Walahir
Eyang Istri, berlokasi di Kp. Cihaneut
Makam Eyang Bahri, berlokasi di Kp. Kadatuan
Makam Bojong Becik, berlokasi di Kp. Bojong Becik
Makam eyang Baru, berlokasi di Kp. Baru
Makam Baru Tonggoh, berlokasi di Kp. Baru
Makam Cipeundeuy, berlokasi di Kp. Cipeundeuy
Batu Beulah, berlokasi di Kp. Baru
Pasir Miri-miri, berlokasi di Kp. Cipedes
Pasir Leutik, berlokasi di Kp. Sukarame
Pasir Ener, berlokasi di Kp. Cipedes
Makam Balandong, berlokasi di Kp. Gulang-gulang
Makam Pasir Ayunan, berlokasi di Kp. Pasir Ayunan
Makam Jati Nunggal, berlokasi di Kp. Jatununggal
Makam Mantri Cina, berlokasi di Kp. Mantri Cina
Makam Eyang Balung, berlokasi di Kp. Mantri Cina
Makam Eyang Jaksa, berlokasi di Kp. Mantri Cina
Kramat Cijagra, berlokasi di Desa Cijagra
Karang Gantung, berlokasi di Kp. Cilopang
Rangga Malang, berlokasi di Kp. Pasir Panjang.
# Lenyepaneun : Amanat dari Galunggung
hana nguni hana mangke
tan hana nguni tan hana mangke
aya ma beuheula hanteu tu ayeuna
hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna
hana tunggak hana watang
tan hana tunggak tan hana watang
hana ma tunggulna aya tu catangna
(Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy)
Terjemahan:
Amanat dari Galunggung
ada dahulu ada sekarang
bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang
karena ada masa silam maka ada masa kini
bila tiada masa silam tak akan ada masa kini
ada tonggak tentu ada batang
bila tak ada tonggak tak akan ada batang
bila ada tunggulnya tentu ada catangnya
(Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy)
@ Foto Candi Tangulun konon ieu lingga teh menta dihampurana Raja Majapahit ka Ratu Diah Pitaloka (bah Memet Moch Rachmat )
(Alk)