
Selain Pj Bupati Jombang Sugiat S.Sos, M.Psi.T, turut hadir Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Drs. Purwanto M.KP, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Drs. Anwar M.KP, Ketua FKDM Kabupaten Jombang KH. Mustain Hasan, serta Kepala OPD terkait.
Kepala Kesbangpol Jombang Drs. Anwar M.Kp menyampaikan agar anggota FKDM Kabupaten Jombang dapat diberi bimbingan. Sebab sejak dilantik pada tahun lalu hingga saat ini, FKDM merasa masih minim pengetahuan terutama terkait deteksi dini (early detection).
“FKDM bangga terhadap Pak Pj Bupati saat ini, karena kalau diumpamakan bapaknya FKDM ini sebenarnya adalah intelijen. Apalagi saat ini FKDM benar-benar punya bapak yang orang intelijen. Alhamdulillah tanpa harus ke Jakarta, Allah SWT sudah menghadirkan Pak Sugiat untuk Jombang,” tegas Anwar.
Untuk diketahui bahwa pengurus FKDM di Jombang ada 11 orang. Sedangkan di tiap kecamatan terdapat pengurus FKDM sebanyak tujuh orang. Dalam perencanaan akan ada pembekalan FKDM di tingkat desa dengan jumlah kurang lebih 1-2 orang per desa.
Anwar juga berharap bahwa Pj Bupati Jombang dapat memberikan motivasi kepada anggota FKDM sekaligus pembekalan terkait cara kerja intelijen, sehingga tim deteksi dini akan berjalan dengan sebaik-baiknya.
Ucapan terima kasih disampaikan oleh Pj Bupati Jombang atas kontribusi dan kerjasama FKDM selama ini. Terutama dalam ikut memelihara ketenteraman dan ketertiban.
“Berkat kerjasama yang baik ini, Kabupaten Jombang tetap kondusif, terutama kemarin dalam pelaksanaan pemilu 14 Februari 2024 berjalan lancar”, ungkap Sugiat yang sebelumnya menjabat Kepala BIN Daerah Sulawesi Barat ini.
Sugiat meminta FKDM lebih aktif berkolaborasi dengan Pemkab Jombang dalam menjalankan tugas melindungi masyarakat, serta menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional. Terutama tugas pokok jaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini sesuai tujuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
FKDM juga berfungsi sebagai media dalam penyampaian informasi mengenai ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan (Ipoleksosbudhankam) kepada pihak terkait terutama kepada pimpinan daerah. Informasi dari FKDM disampaikan secara berjenjang mulai dari tingkat desa sampai dengan tingkat Kabupaten.
Dalam memberikan sedikit pembekalan dasar intelijen, Sugiat menyampaikan makna intelijen secara praktikal.
“Jadi Bapak Ibu, intelijen merupakan sebuah info yang diolah. Melalui Badan Intelijen Negara disampaikan kepada single user yaitu Presiden RI sebagai dasar dalam membuat kebijakan, ” imbuh Sugiat.
Lebih lanjut disampaikan bahwa intelijen harus dipahami dapat mendeteksi sebelum ada kejadian. Intelijen harus bisa mendeteksi secara dini. Inilah juga peran FKDM yaitu harus membangun budaya waspada.
Indonesia adalah negara yang sangat beragam, baik secara agama, adat, latar belakang politik, dan sebagainya. Maka sangat potensial terjadinya perpecahan untuk itu penting deteksi dini dan cegah dini.
Terkait pentingnya ideologi Pancasila Sugiat mengingatkan dialog penting antara Bung Karno dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
“Saudaraku Tito, apa yang membuat Anda yakin negara Anda akan tetap kuat? Tito menjawab ‘Saya yakin Yugoslavia akan tetap berdiri karena memiliki tentara-tentara yang kuat’. Tito juga bertanya. ‘Lalu bagaimana dengan negara Anda, Saudaraku? Bung Karno Menjawab Aku yakin Indonesia akan tetap kuat karena Indonesia punya Pancasila,” ungkap Sugiat mengutip Bung Karno.
Dialog tersebut ternyata menjadi kenyataan. Yugoslavia Paska Tito menjadi hancur berkeping-keping. Maka pelajaran yang bisa dipetik adalah memiliki tentara yang kuat tidak menjamin ketahanan suatu negara. Indonesia masih berdiri hingga kini karena memiliki Pancasila sebagai ideologi negara.
Kisah tersebut menurut Sugiat seharusnya menjadi pedoman FKDM untuk selalu ingat pentingnya ideologi negara dan penerapan nilai-nilai Pancasila menjadi kenyataan.
Di era globalisasi terpaan ideologi asing banyak masuk melalui berbagai saluran komunikasi. Perang proxy ada di Indonesia, bahkan mungkin masuk melalui semua unsur di masyarakat. Oleh karena itu Pj Bupati Jombang mengingatkan FKDM agar lebih selalu awas.
Terlebih Jombang sebagai Kota Santri mayoritas penduduknya muslim. Kendati demikian Jombang juga memiliki keberagaman agama dan perbedaan pandangan politik. Tentu merupakan potensi yang harus diwaspadai oleh FKDM. Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan kewaspadaan dan kemampuan deteksi dini. Maka FKDM penting untuk mampu mendeteksi dini dari tingkat Kecamatan hingga Desa.
“Isu di sebuah desa, terlihat kecil barangkali. Namun jika menyebar ke seluruh desa, bisa mempengaruhi Kabupaten bahkan tingkat Nasional, ” kata Sugiat.
FKDM dapat menerapkan metode intelijen yang harus bisa membangun jaringan. Maka intelijen harus berteman dengan banyak orang dimana nantinya bisa membantu memberi informasi. Lebih lanjut harus ada sense of knowing alias perasaan ingin tahu terhadap kejadian apapun. Bahasa anak sekarang kepo. Seorang intelijen harus mengumpulkan informasi yang bersifat indikasi sekalipun.
“Kalau mau ilmu lengkap harus mengikuti pendidikan dasar intelijen. Saya adalah salah satu orang yang mengajar dasar-dasar intelijen. Ini sebuah pengetahuan dasar saja untuk panjenengan semua ya, yang mungkin tidak didapat oleh FKDM Kabupaten/ Kota lain,” pungkasnya.
Kedepan kondusifitas politik di Jombang menurut Sugiat juga wajib dijaga. FKDM perlu meningkatkan lagi kewaspadaanya, terlebih menjelang Pilkada nanti.
“Saya minta lebih ditingkatkan lagi, karena ini politik lokal, apalagi kalau calonnya misalnya head to head biasanya lebih keras. Kita harus pantau agar tidak ada kejadian yang tidak kita inginkan,” pesan Pj Bupati Jombang Sugiat.
Sugiat berharap FKDM tidak berpihak. Jika FKDM berpihak, maka ada potensi tidak melapor terhadap ancaman yang ada, sehingga itu bisa membahayakan stabilitas pemerintahan. Maka dari itu, sebagai Pj Bupati Jombang Sugiat menegaskan FKDM tidak boleh punya konflik kepentingan.
Menutup acara, Sugiat gelorakan semangat FKDM dengan jargon “Giat Kerja, Giat Pantau, Giat Cegah Dini! “. (D*)